Sabtu, 03 Desember 2011

2 Waduk di Kebumen Butuh Dana Perawatan

Daerah: Penanganan Dua Waduk Butuh Rp 116 M, 2 Desember 2011

Contributed by admin on Dec 02, 2011 - 08:30 AM
KEBUMEN - Dinas Sumber Daya Alam Energi Sumber Daya Mineral (SDAESDM) Kabupaten Kebumen menaksir, penanganan Waduk Wadaslintang dan Waduk Sempor membutuhkan dana Rp 116 Miliar.

Namun, penanganan yang masuk wilayah kerja Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak itu hanya bersifat sebagian-sebagian saja. Seperti pada tahun 2011 yang hanya dialokasikan Rp 4.931.373.000 untuk rehabilitasi Wadaslintang dan Rp 3.684.578.000 untuk Sempor.
Seksi Pelaksana Operasional dan Pemeliharaan (OP) BBWS Serayu Opak, Sudarto ST MT dalam jumpa pers di Pers Centre Setda Pemkab Kebumen, Kamis (1/12) mengatakan, penanganan dua waduk tersebut belum menjangkau semuanya. Tahun 2012, pengelolaan irigasi di 8 daerah irigasi (DI) mencapai Rp 30 M. Untuk Sempor dan Wadaslintang sekitar Rp 10 M. "Penanganan yang kami lakukan menggunakan skala prioritas," jelas Sudarto yang berkantor di Yogyakarta itu.

Sementara Kabid Irigasi SDAESDM Muchtarom ST mengungkapkan, kebutuhan dana untuk memperbaiki kerusakan Waduk Wadaslintang Rp 89,2 M dan Sempor Rp 27,2 M. Penanganan dengan jumlah dana tersebut harus dilakukan segera. "Jika tidak, maka akumulasi kerusakannya menjadi bertambah, sehingga secara otomatis biaya perbaikannya meningkat, sedangkan layanan irigasi menurun," kata Muchtarom.

Dari 27.880 hektare areal di Kebumen, yang terlayani irigasi 16.404 hektare. Seluas 11.476 hektare kesulitan air dan 1.563 hektare tidak terlayani air pada musim taman (MT) II. Karena itu, Dinas SDAESDM merekomendasikan untuk menanam palawija pada musim tersebut.

Sisanya, seluas 9.913 hektare, belum terlayani secara optimal. Pihaknya pun melakukan berbagai rekayasa untuk menanganinya, agar daerah yang kesulitan irigasi tersebut menjadi teraliri.

Waduk Tua

Sementaraitu, saluran irigasi di Kebumen sepanjang 378,509 km. Ada sepanjang 104,3 km yang kondisinya baik, 167,2 km sedang, dan 106,99 km rusak. Dengan penanganan irigasi, jelas Muchtarom, maka areal seluas 1.563 hektare yang tidak terlayani pada MT II diharapkan bisa ditanami padi.

Dari perhitungannya, jika per hektarenya menghasilkan 5 ton saja, maka total produksi yang dicapai 7.500 ton dengan nilai miliaran rupiah. Jadi, perbaikan jaringan irigasi itu pun tidak ada ruginya. Hal itu berbeda jika menangani kerusakan Sungai Luk Ulo yang jauh lebih besar dari pendapatan retribusi pasir.

Pejabat Fungsional BBWS Serayu Opak, Nasrun Sidqi menambahkan, khusus untuk Sempor yang mengalami sedimentasi, pada 2008 sudah dilaksanakan pengerukan dengan menghabiskan dana sekitar Rp 200 juta. Namun ternyata, waduk yang dibangun mulai tahun 1974 itu tidak ada perubahan berarti dengan sebelumnya. "Pemantauan sedimentasinya setiap tahun. Namun pengukurannya 5 tahun sekali," jelasnya.

Saat ditanya sampai kapan umur waduk itu berakhir, Nasrun mengatakan rata-rata hingga 50 tahun. Bahkan sebagian waduk yang ada di sejumlah negara sudah tidak bisa berfungsi sebelum umur tersebut. Jika demikian, penanganan yang dilakukan yakni mencari tempat lain untuk dibangun waduk pengganti Sempor. Namun sampai sekarang belum dipikirkan ke arah itu. (K5-84)

sumber : suaramerdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar